Demi masa... Sesungguhnya Manusia dalam Kerugian ... Kecuali mereka yang Beriman dan Beramal Sholeh dan Bertausiah dalam Kebajikan dan Kesabaran
Custom Search
Kamis, 30 Juli 2009
Alokasi Sumberdaya Air
Selain masalah ekstraksi optimal (khusunya untuk air bawah tanah), permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air adalah alokasi dan distribusi air. Alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk menentukan bagaimana suplai air yang tersedia harus dialokasikan kepada pengguna atau calon pengguna. Penggunaan air sendiri pada dasarnya terbagi dalam dua kelompok: Kelompok konsumtif, yakni mereka yang memanfaatkan suplai air untuk konsumsi, dan kelompok non-konsumtif. Kelompok konsumtif antara lain rumah tangga, industri, pertanian, kehutanan. Kelompok ini memanfaatkan air melalui proses yang disebut diversi (diversion), baik melalui transformasi, penguapan, penyerapan ke tanah, maupun pendegradasian kualitas air secara langsung (pencemaran). Kelompok pengguna ini mem-perlakukan sumber daya air sebagai sumber daya tidak terbarukan.
Di sisi lain, pengguna non-konsumtif memanfaatkan air hanya sebagai media seperti:
• Medium pertumbuhan ikan pada kasus perikanan.
• Sumber energi listrik pada pembangkit listrik tenaga air.
• Rekreasi (berenang, kayaking, dan sebagainya).
Kelompok pengguna ini memperlakukan sumber daya air sebagai sumber daya terbarukan, dan pengelolaan sumber daya air tidak terlalu menimbulkan masalah ekonomi mengingat suplai air tidak banyak dipengaruhi oleh pemanfaatannya. Namun, jika tidak dikelola, pemanfaatan non-konsumtif ini pun akan menimbulkan eksternalitas air itu kemudian dijadikan sebagai barang publik. Karena itu, analisis ekonomi sumber daya air untuk pemanfaatan non-konsumtif ini kemudian didekati dengan teknik non-market valuation yang akan dibahas secara terperinci pada bab berikutnya.
Khusus yang menyangkut penggunaan konsumtif, alokasi sumber daya air diarahkan dengan tujuan suplai air yang terbatas tersebut dapat dialokasikan kepada pengguna, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang, dengan biaya yang rendah. Dengan kata lain, alokasi sumber daya air harus memenuhi kriteria efisiensi, equity dan sustainability (keberlanjutan). Berikut disajikan ketiga kriteria tersebut beserta tujuan pengelolaannya.
Kriteria Alokasi Sumber Daya Air
Efisiensi
• Biaya penyediaan air yang rendah
• Penerimaan per unit sumber daya yang tinggi .
• Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Equity
• Biaya penyediaan air yang rendah
Sustainability
• Penerimaan per unit sumber daya yang tinggi .
• Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
• Akses Terhadap air bersih untuk semua masyarakat
• Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah (groundwater depletion)
• Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem
• Meminimalkan pencemaran air
Selain kriteria di atas, Howe et al., (1986) menambahkan kriteria alokasi sumber daya air antara lain:
• Fleksibilitas dalam penyediaan air sehingga sumber daya air dapat digunakan pada periode waktu yang berbeda dan dari satu tempat ke tempat lainnya sesuai dengan perubahan permintaan.
• Keterjaminan (security) bagi pengguna yang haknya sudah terkukuhkan sehingga mereka dapat memanfaatkan air seefisien mungkin.
• Akseptabilitas politik dan publik sehingga tujuan pengelolaan bisa diterima oleh masyarakat.
Dengan beberapa kriteria di atas, pengelolaan sumber daya air,khususnya yang menyangkut alokasi, memang menjadi sangat kompleks. Namun, secara umum ada beberapa mekanisme alokasi yang umum digunakan, yakni Queuing System, water pricing, alokasi publik, dan user-based allocation.
ini dapat dilakukan dengan pendekatan pengeluaran prevent!f, yaitu mengukur biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan air dari beban pencemar (Dixon et al., 1986).
Komponen yang membentuk biaya pengolahan air antara lain adalah : (1) Pemakaian bahan kimia; (2) tanaga kerja; (3) perawatan peralatan; (4) bahan bakar; dan (5) tenaga listrik. Biaya pengolahan bahan baku menjadi air minum dapat dibedakan menjadi dua, sebagaimana biaya untuk memproduksi suatu produk, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (Soedarsono, 1988).
Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak mengolah air. Contoh biaya tetap adalah : gaji tenaga kerja dan penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan keluaran yang dihasilkan. Besar kecilnya biaya variabel tergantung pada besar kecilnya produksi air minum.
Konsep biaya lain yang berkaitan dengan produksi air minum adalah biaya marginal. Biaya marginal merupakan biaya tambahan total biaya sebagai akibat tambahan hasil produksi air minum (Sudarman, 1989). Biaya marginal mempunyai hubungan fungsional dengan jumlah air minum yang dihasilkan.
Pada kurva biaya marginal dapat ditentukan titik-titik optimal bagi perusahaan air minum. Oleh karena itu setiap titik pada kurva biaya marginal akan menunjukkan koordinasi antara beban biaya yang bersedia ditanggung oleh perusahaan air minum dengan kuantitas air minum yang ditawarkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Model Pengembangan Rantai Pasok Rumput Laut oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Guna Pemenuhan Kebutuhan Rumput Laut Dan Produk Turunannya
Denny Noviansyah Abstrak Indonesia sebagai negara Maritim mempunyai Panjang pantai seluas 95.181 km 2 . Pesisir pantai mempunyai berbagai je...
-
Denny Noviansyah Suatu material dikatakan kritikal jika: (i) material tersebut tidak memiliki pengganti atau substitusi, (ii) bila negara pe...
-
Selain masalah ekstraksi optimal (khusunya untuk air bawah tanah), permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air adalah aloka...
-
Limbah yang dihasilkan oleh IKM tahu meliputi diantaranya ; limbah padatan dan air limbah hasil proses produksi. 1. Limbah Padata...
-
In Memorial : Bang Fatwan Tanjung Di berbagai kota di Indonesia terdapat kecenderungan bahwa tuntutan pemenuhan kebutuhan air bersih sema...
-
Denny Noviansyah Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth Element (REE) adalah 17 unsur dalam kelompok lantanida yang terdapat dalam tabel u...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar