Custom Search

Senin, 07 September 2020

MENGENAL CRITICAL RAW MATERIAL (CRM) - 1 (Laporan Eropa 2020)

Denny Noviansyah

Suatu material dikatakan kritikal jika: (i) material tersebut tidak memiliki pengganti atau substitusi, (ii) bila negara pengguna atau konsumernya harus mengimpor bahan bakunya, dan (iii) supply material didominasi oleh sedikit sekali produser.

Merujuk pada definisi tersebut, setiap negara dapat menentukan material apa saja yang menjadi CRM-nya dan jenis material ini dapat berubah seiring waktu berdasarkan kebutuhan. Setiap tahunnya kebutuhan akan material CRM terus bertambah seiring dengan pertumbuhan industri dan perkembangan menuju green revolution. Dahulu industri pertambangan hanya berfokus pada produk primer seperti timah, tembaga, nickel dan besi karena proses ekstraksi produk primer lebih mudah dan ekonomis dibanding material pada cluster CRM. Hal ini menjadikan material pada kelompok CRM akan berakhir di waste dump dan tidak terekstraksi lebih tepat guna. Namun seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya kebutuhan akan material yang ramah lingkungan, mineral-mineral pada kelompok CRM saat ini sudah mulai ditambang dalam jumlah yang cukup besar di beberapa negara. (www.IAGI.or.id)

 

Komisi Eropa, mengeluarkan laporan Study on the EU's list of Critical Raw Materials (2020), bahwa dengan meningkatnya tekanan pada sumber daya, yang disebabkan peningkatan populasi global, industrialisasi, digitalisasi, peningkatan permintaan dari negara berkembang mengakibatkan naiknya permintaan akan logam, mineral dan bahan biotik yang digunakan dalam teknologi dan produk rencah emisi. Persaingan Global untuk persaingan untuk sumber daya akan menjadi sengit dalam dekade mendatang. Ketergantungan terhadap CRM akan segera menggantikan ketergantungan pada minyak.

The EU Green Deal diadopsi pada 11 Desember 2019 lalu mengakui bahwa akses ke sumber daya sebagai pertanyaan keamanan strategis untuk memenuhi ambisinya menuju netralitas iklim 2050 dan meningkatkan ambisi iklim untuk tahun 2030. Pasokan terhadap bahan baku primer dan sekunder yang aman dan berkelanjutan, khususnya bahan baku penting, untuk teknologi utama dan sektor strategis sebagai energi terbarukan, e-mobilitas, digital, ruang angkasa dan pertahanan merupakan salah satu prasyarat untuk mencapai netralitas iklim.

Komisi Uni Eropa membahas tentang Strategi Industri baru terkait keamanan dan tantangan keberlanjutan serta Rencana Aksi CRM dan aliansi bahan baku berbasis industri. Kebijakan UE ini membuat strategi diversifikasi strategi untuk mengamankan bahan baku non-energi untuk rantai nilai industri Uni Eropa dan kesejahteraan masyarakat. Menyelesaikan masalah pasokan guna mengurangi ketergantungan di semua dimensi - dengan mencari bahan baku utama dari UE dan negara ketiga, meningkatkan pasokan bahan baku sekunder melalui efisiensi sumber daya dan sirkularitas, dan penemuan alternatif untuk bahan mentah yang langka.

Pada tahun 2020 telah dilakukan pengkajian terhadap 83 bahan material atau 66 calon bahan baku terdiri atas 63 individu dan 3 bahan kelompok, yaitu 10 Logam Tanah Jarang / LTJ Berat (HREE), lima bahan LTJ Ringan (LREE), dan lima logam golongan platina (PGM)). Lima bahan baru (arsenik, kadmium, strontium, zirkonium dan hidrogen).



 

Berikut ini disampaikan Penyedia CRM Utama, baik bahan baku secara individu dan secara kelompok. Dari jenis kelompok bahan baku dibagi atas Kelompok Logam Tanah Jarang Ringan (LREE), Logam Tanah Jarang Berat (Heavy REE), Platinum Group Metal (PGM).  

 

 

Pentingnya penyediaan CRM oleh Uni Eropa, disebabkan 3 (tiga) alasan, yakni:

-      Rantai Nilai Industri;

-      Industri Strategis;

-      Iklim, Energi dan Lingkungan;

 

Berdasarkan hasil analisis Working Group, telah diidentifikasi jenis CRM yang dibutuhkan Uni Eropa dan berasal dari Indonesia, yaitu sebagai berikut:

Tabel : Penyedia Global CRM yang berasal dari Indonesia

Material

 (% Share Global) dari Ekstraksi/Mining

 (% Share Global) dari Refining/Processing

Bauxite

7%

 

Cobalt

1%

 

Cooking Coal

 

<1%

Copper

3%

1%

Feldspar

5%

 

Gold

3%

 

Kaolin Clay

2%

 

Natural Rubber

24%

 

Natural Teak Wood

30%

 

Nickel

18%

2%

Silver

 

1%

Sulphur

 

1%

Tin

27%

19%

Sumber: Annex 6, Study on the EU’s list CRM (2020)


Tidak ada komentar:

Model Pengembangan Rantai Pasok Rumput Laut oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Guna Pemenuhan Kebutuhan Rumput Laut Dan Produk Turunannya

Denny Noviansyah Abstrak Indonesia sebagai negara Maritim mempunyai Panjang pantai seluas 95.181 km 2 . Pesisir pantai mempunyai berbagai je...