KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH DENGAN PENDEKATAN 4R Dl PERKOTAAN ( Tosin S. Diredja)
Adanya keterbatasan dana dan lahan untuk TPA sampah di perkotaan mengakibatkan tidak sebandingnya peningkatan sarana persampahan dengan peningkatan sampah, sehingga pengelolaan yang ada baik dari segi kualitas dan kuantitas jauh dibawah standar higienis. Untuk itu perlu dicarikan terobosan-terobosan untuk menuju pada pengelolaan sampah secara efisien. Pengelolaan sampah dengan sistem buang dan timbun saja sudah harus diubah agar pengelolaan di hilir tidak berat dan kecenderungan untuk terjadtnya pencemaran dapat diminimasi.
Secara umum kandungan bahan organik pada sampah kota cukup tinggi, pada sampah rumah tangga ± 76% dan sampah pasar ± 90% serta sampah kota lainnya yang masih dapat didaur ulang berupa sampah plastik ± 13%, sampah kertas ± 7,5%, logam, kaca, tekstil, 5%. Dengan melihat data diatas maka, terutama sampah organik yang cukup besar yang biasanya sangat berpotensi menimbulkan masalah, masih berpotensi untuk dikomposkan ditempat sehingga bahan yang berpotensi mencemari dapat diminimasi baik kualitas maupun kuantitas sejak pengumpulan sampai dengan pembuangan akhir. Demikian pula dengan berbagai jenis sampah lainnya yang dapat didaur ulang; sehingga berdasarkan perhitungan sisa sampah yang masih diangkut tinggal ± 25% dan yang harus ditimbun tinggal ± 15%.
Konsep yang diusulkan dalam mencapai pengelolaan sampah kota yang efisien dan efektip adalah bahwa sebagian besar sampah dikelola dengan pendekatan 4R (Recycling, Reduce, Reuse, Replace) disumber secara terpadu dengan menumbuhkembangkan peran serta masyarakat, swasta, sebagai pendukung utama adalah penerapan pemilahan sampah di sumber.
"KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH DENGAN PENDEKATAN 4 R DI PERKOTAAN" ditargetkan dapat mengantisipasi terbatasnya sarana pengangkut sampah (cukup dengan ¼ dari sistem konvensional) serta memperpanjang umur sarana, memperpanjang umur TPA sampai 5 x lebih lama serta meminimasi pencemaran di TPA.
"KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH DENGAN PENDEKATAN 4 R DI PERKOTAAN" ditargetkan dapat mengantisipasi terbatasnya sarana pengangkut sampah (cukup dengan ¼ dari sistem konvensional) serta memperpanjang umur sarana, memperpanjang umur TPA sampai 5 x lebih lama serta meminimasi pencemaran di TPA.
Pengembangan proses 4 R disumber dengan menumbuhkembangkan peran serta masyarakat, dimulai dengan proses pengurangan timbulan sampah, pemilahan dari hulu sampai ke hilir yang dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terpadu baik pemroduksi sampah (masyarakat, produsen, pengusaha pertokoan / ma! / supermal / pasar / industri), pengelola sampah, pemanfaat / pendaur ulang / pengolah sampah merupakan usaha terobosan yang dapat dilakukan dalam upaya efisiensi dan efektifitas, optimalisasi pengolahan sampah serta minimasi pengeloiaan sampah di hilir. Konsep ini perlu diperkuat dengan kebijakan-kebijakan, pemberian penghargaan maupun hukuman yang mendukung dalam operasional penerapan proses 4R.
Usulan daur ulang sampah basah / organik di sumber yang tepat guna adalah antara lain pengomposan skala individual / kornunal_maupun lingkungan, sebagai makanan ternak, sedangkan untuk sampah lainnya yang berpotensi untuk didaur ulang (plastik, kertas) dapat dijadikan bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Optimasi operasional sarana penangkutan sampah dan sistem pengolahan serta pembuangan akhir sampah perlu dilakukan dalam mengantisipasi proses pemilahan dengan kondisi keterbatasan, dengan cara penjadwalan maupun penyekatan berdasarkan jenis sampah.
Penerapan proses 4R di sumber secara terpadu diawali dengan proses pemiiahan dengan menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat, swasta, pengelola sampah kota memfasilitasi para pelaksana 4R sampah dan penerapan ini perlu didukung dengan kebijakan-kebijakan yang menunjang keberhasilan, antara lain memberikan penghargaan / insentif bagi masyarakat yang peduli akan 4R sampah.
Jumlah timbunan sampah untuk kota besar / metropolitan > 3 l/orang/hari dan untuk kota sedang / kecil 2,25 - 2,75 1/orang/hari. Timbunan sampah di perkotaan terus meningkat tanpa dilakukan upaya pengurangan timbunan sampah disumbemya. Salah satu sebab adalah adanya proses penanganan pengangkutan sayuran dari desa ke kota sebagian besar tanpa alat pendinginan / penjaga kesegaran sehingga dengan terpaksa diangkut beserta bonggol maupun daun / akar, yang beresiko memperbesar jumlah timbunan sampah di kota Apabila bahan-bahan sampingan tersebut ditinggal didesa sebenarnya masih diperlukan dalam upaya pemenuhan bahan untuk produksi pupuk organik tanpa harus disuplai dari kota maupun dari luar daerah.
Maka usaha reduce timbulan sampah dilakukan dengan usaha minimasi jumlah sampah yang masuk ke kota, dengan sasaran prosentase peningkatan timbulan sampah diperkotaan diperkecil. Secara umum kandungan terbesar dari sampah. perkotaan adalah sampah / bahan organik dengan komposisi sebagai berikut;
Tabel 1. Komposisi sampah di sumber dan di TPA % berat basah
Dari data yang ada maka sampah di Indonesia berpotensi dan direkomendasikan untuk dikomposkan. Sebagai data yang sangat mendukung untuk penerapannya adalah bahwa kandungan nitrogen dan C/N ratio dari beberapa bahan yang dapat dikomposkan seperti tabel dibawah ini.
Dari data yang ada maka sampah di Indonesia berpotensi dan direkomendasikan untuk dikomposkan. Sebagai data yang sangat mendukung untuk penerapannya adalah bahwa kandungan nitrogen dan C/N ratio dari beberapa bahan yang dapat dikomposkan seperti tabel dibawah ini.
Sehingga untuk memperoleh hasil kompos yang baik dengan C/N ratio mencapai 10-20 dan proses pengomposan relatif cepat maka kadang-kadang perlu dilakukan perlakuan terhadap sampah yang akan dikomposkan agar mencapai C/N ratio mencapai yang optimal yaitu 30-35 dengan cara mencampur bahan-bahan, misal dengan penambahan dedak atau serbuk gergaji.
Rekomendasi recycling, sampah dengan pengomposan di sumber (komposter, pengomposan skala lingkungan) ini dapat mereduksi sampah dihilir minimal sebesar 50% dan juga mempunyai nilai positif lain yaitu secepatnya merubah sampah menjadi bentuk timbulan yang tidak beresiko (kompos) dan dengan mereduksi volume 70% dari 50%.
Penerapan recycling (Rl) sampah basah / organik yang ditawarkan adalah penerapan komposter rumah tangga skala individual maupun komunal serta pengomposan skala lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat. dengan diagram penerapan sistem.
Daur ulang sampah organik sebagai makanan ternak, sebagai sumber energi berupa produksi biogas sepert dalam diagram siklus sampah seperti recycling sampah kertas / biji plastik yang merupakan barang setengah jadi maupun barang jadi seperi sisir, bola plastik.
Penerapan reduce (R2) sampah yang direkomendasikan antara lain adalah adanya kerjasama dengan pemrodusen sampah non rumah tangga (pertokoan, supermal, supermarket, pasar) dalam mengemas barang yang akan dijual tidak berlebihan, menggunakan pembungkus yang mudah terdegradasi (kain, kertas, daun, dll), penjualan barang/ bahan dalam bentuk refill, pengusaha dapat menerima kembali pembungkus/kemasan maupun barang-barang yang sudah habis pakai (batere). Serta perubahan sistem pengangkutan hasil bumi dari desa ke kota dangan sistem pendingin terutama yang tujuannya ke kota besar / metropolitan.
Penerapan reuse (R3) sampah dengan menerapkan antara lain menggunakan kembali kaleng / tong bekas menjadi tempat sampah, vas bunga, dll.
Penerapan replace (R4) sampah antara lain dengan menggunakan kembali saputangan kain dalam upaya minimasi penggunaan tisue, menggunakan kembali keranjang untuk meminimasi kantong plastik. Penggunaan kembali kemasan daun dalam pembungkus makanan untuk meminimasi penggunaan plastik / boks sterofoam, dll.
Untuk mendapatkan sulitnya mendapatkan lahan untuk TPA sampah. dapat memanfaatkan kembali lokasi TPA lama (telah berumur > 15 lahun). dengan menggunaka kembali lahan menjadi lahan penimnbunan sampah kembali, bahan galian dapat digunakan untuk tanah urugan atau dapat dijual sebagai pupuk organik.
Dalam mengantisipasi bahaya yang diakibatkan oleh sampah dimana sampah dibuang / terbuang oleh masyarakat pada saluran drainase dan anak sungai perlu dilakukan pembagian tanggung jawab dalam pemeliharaan saluran / anak sungai pervdlayah administrasi kecamatan, dengan dilengkapi bar-screen perwilayah. Sehingga apabila terjadi banjir lagi tidak akan menyalahkan lokasi dihulunya tetapi wilayah yang bersangkutan yang bertanggung jawab.
Adanya pendektan konsep 4R disumber akan berdampak :
- minimal dapat meminimasi jumlah sampah yang harus diangkuta dan ditimbun di TPA sebesar 50%.
- Umur alat pengumpul dan alat angkut akan lebih panjang. karena sebagian besar sampah organik penyebab pengkaratan tidak terangkut lagi (telah dimanfaatkan di tempat)
- dapat menghasilkan bahan yang bermanfaat (kompos, barang-barang daur ulang plastik. elas, dll) dan dapat menciptakan lapangan kerja
- Dapat menghemat lahan TP
Sebagai contoh pelaksanaannya adalah sebagai berikut;
- pemilahan dilakukan oleh masyarakat pemroduksi sampah
- pengumpulan sampah organik yang berpotensi untuk diolah dapat dikelola oleh pabrik akan memproduksi kompos atau pengumpulan / pengangkutan dilakukan oleh dinas PD / dinas Kebersihan ke tempat pemrosesan yang dilaksanakan oleh swasta
- pengangkutan / pengumpulan untuk sampah organik yang masih dapat dimanfaatkan dilakukan pada hari-hari tertentu (telah terjadual) oleh pihak swasta atau pemulung yang akan memanfaatkan kembali (kertas. kaca, botol, plastik, logam) misalnya minggu ke 2 hari minggu pembuangan akhir dengan sistem penimbunan dilaksanakan oleh PD / Dinas kebersihan dengan jumlah yang tertinggal 20%
Daftar Pustaka
- George Tchobanoglous, Hilary Theisen, Rolf Eliassen, 1997, Solid Waste Engineering Principles and Management Issues, Me Graxv Hill Book Company.
- HB Goates, 1956, composting Sanitary Disposal and Reclamation of Organic Waste, World Health Organization, Geneva.
- Pemerintah Kota Bandung, 2002, Rencana Induk Pengelolaan Sampah Kota Bandung 2002 - 2012, Bandung.
- Pusat Litbang Permukiman, 1994, Pengkajian Komposter Rumah Tangga pada Kota-kota di Indonesia.
- Pusat Litbang Permukiman, 1996, Pengkajian Pengelolaan Pasca Open dumping di Indonesia, Bandung.
- Pusat Litbang Permukiman, 1997, Petimjuk Teknis Pengelolaan Sampah Secara Biologis, Bandung.
- T. Padmi, 1999. Karakteristik dan Komposisi Sampah Kota, JurusanTeknik Lingkungan ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar