Custom Search

Selasa, 27 Mei 2008

BAB I PENDAHULUAN (SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI : KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER INDONESIA 1983-2001)

Latar Belakang

Ilmu Ekonomi Makro adalah ilmu yang membahas masalah tingkat laku perekonomian secara keseluruhan, seperti tingkat kemakmuran, keluaran barang dan jasa, total perekonomian, laju pertumbuhan dan lain-lain. Ia juga sangat berkepentingan terhadap masalah peningkatan output dan lapangan kerja sepanjang waktu tertentu. Untuk mempelajari kondisi perekonomian secara keseluruhan, makro ekonomi memusatkan perhatian kepada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut, seperti perilaku konsumsi, investasi, faktor penentu perubahan, kebijakan fiskal dan moneter, stok uang beredar, APBN, suku bunga dan utang pemerintah.

Ilmu Ekonomi Makro tidak hanya menarik karena ia membahas berbagai masalah penting, tetapi juga sangat menantang dan merangsang, karena ia dapat mengurangi kadar kompleksitas yang terkandung di dalam perekonomian ke tingkat yang mudah dikendalikan. Esensi ini terletak pada interaksi antar barang, tenaga kerja dan pasar modal dari perekonomian antar negara yang saling menggalang hubungan perdagangan timbal balik. Untuk membahas esensi tersebut, tidak perlu bersusah payah memusatkan perhatian terlalu rinci terhadap tingkah laku individual seperti rumah tangga dan perusahaan atas proses penentuan harga pada pasar-pasar tertentu, karena ini lebih tepat untuk dijelaskan melalui ekonomi mikro.

Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa makro ekonomi berhubungan dengan penentuan keluaran ekonomi, tingkat harga, suku bunga dan variabel lainnya yang dinamakan dengan perhitungan pendapatan nasional. Pendapatan nasional ini dinamakan dengan NP (National Product) atau Produk Nasional. NP ini akan diasumsikan sama dengan pendapatan total yang dihasilkan oleh perekonomian suatu negara dan juga sama dengan pengeluaran total. Kondisi ini dinamakan skedul equillibrium pasar barang dan jasa, atau kebijakan fiskal (fiscal policy) yang disimbolkan dengan kurva IS (IS Curve).

Likuiditas uang beredar, harga barang dan jasa serta Bank Sentral di Indonesia, direpresentasikan oleh Bank Indonesia (BI) dan tidak mendapat tempat dalam model penentuan pendapatan. Namun, kenyataannya uang mempunyai peranan penting dalam penentuan pendapatan dan tenaga kerja. Suku bunga menjadi faktor penting dalam pengeluaran agregat, Bank Sentral serta kebijakan moneter. Kebijakan ini akan disimbolkan dengan LM Curve (Kurva LM).

Tulisan ini akan mencoba menganalisis keseimbangan (Equillibrium) antara pasar barang (IS) dan pasar uang (LM) untuk kasus di Indonesia. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah studi literatur dengan menggunakan data yang dikeluarkan oleh BI, ADB (Asian Development Bank) dan BPS. Keluaran yang diinginkan dari tulisan ini adalah sejarah perkembangan kebijakan fiskal dan moneter sejak tahun 1983 – 2001.

Perumusan Masalah
Untuk melihat efektifitas dari sebuah kebijakan perekonomian di Indonesia, maka harus dilihat titik keseimbangan (equillibrium) antara kurva IS dan kurva LM. Titik keseimbangan ini tidak dapat hanya dilihat dari satu tahun saja, melainkan untuk kurun waktu tertentu. Keluaran dari bentuk-bentuk kurva ini dapat dilihat dari data-data sekunder yang telah ada. Namun, akan muncul beberapa pertanyaan, yaitu :
  1. Bagaimana bentuk struktur model perekonomian Indonesia sesungguhnya ?
  2. Apakah pengaruh struktur model perekonomian Indonesia terhadap realitas sehari-hari ?
  3. Pengaruh-pengaruh apa saja yang terjadi dari turun/naiknya kurva tersebut ?
  4. Apakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sudah tepat dalam menangani kebijakan makro ekonomi ?

Batasan Masalah
Tulisan ini akan membatasi permasalahan pada :

  1. Analisa Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia dari tahun 1983 – 2001.
  2. Mencari Model Kebijakan Fiskal dan Moneter dari data-data sekunder.
  3. Melihat Efektifitas Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia pada kurun waktu tersebut.

Dalam tulisan ini terdapat beberapa asumsi, seperti variabel P (harga) dalam LM curve = 1 dan i adalah suku bunga SBI yang diambil dari suku bunga per 30 hari.

PENDEKATAN TEORI (PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1983-2001)

Perhitungan Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional (Y) adalah penjumlahan dari variabel Konsumsi (C), Investasi (I), Belanja Negara (G) dan Perdagangan Luar Negeri (NX). Jika diformulasikan menjadi :
Y = C + I + G + NX (2.1)

dimana Pendapatan Nasional sendiri dapat disamakan dengan Pendapatan Disposibel (Yd) ditambah selisih dari pengeluaran untuk pajak (TA) dan Transfer (Tr). Atau formulanya menjadi :
Yd = Y + Tr – TA (2.2)

Pendapatan disposibel sendiri adalah penjumlahan dari Konsumsi (C) dengan Penyimpanan (S) masyarakat.
Yd = C + S (2.3)

Dari (2.2) dan (2.3) akan dapat ditulis :
C + S = Yd = Y + Tr – TA
4 C = Yd – S = Y + Tr – TA – S
Y – G – I – NX = Y + Tr – TA – S
S – I = (G + Tr – TA) + NX (2.4)

Untuk mengetahui kegunaan fungsi konsumsi sendiri, akan dilihat dari penggunaan multiplier, dimana :
C = C0 + c.Y ; C0> 0, 0 < c < 1 (2.5)
Permintaan agregat sendiri merupakan jumlah dari permintaan konsumsi dan Investasi :
AD = C + I0 (2.6)
Dari persamaan (2.5) dimasukkan ke (2.6) :

AD = C0 + c.Y + I0 ; Ā = C0+ I0 (2.7)
AD = Ā + c.Y (2.8)
dalam kondisi equillibrium AD = Y, sehingga persamaan (2.8) menjadi :
Y = Ā + c.Y (2.9)

Tetapi, harap diingat, bahwa konsumsi tidak lagi tergantung pada pendapatan (Y) melainkan dari pendapatan disposebel (Yd) yang direpresentasikan oleh persamaan 2.2. dimana Yd = Y + Tr – TA, sehingga persamaan 2.5 menjadi :
C = C0 + c.Yd (2.5a)
= C0 + c(Y + Tr – TA) (2.5b)

Untuk kebijakan fiskal diasumsikan bahwa pemerintah membeli barang dan jasa dalam suatu jumlah yang konstan (G=G0) dengan mengadakan sejumlah transfer yang konstan (Tr = Tr0) dan memungut pendapatan dalam bentuk pajak (TA = t.Y), sehingga persamaan (2.5b) menjadi :

C = C0 + c. (Y + Tr0 – t.Y)
= (C0+c.Tr0) + c(1-t)Y (2.5c)

Persamaan (2.1) yang dikonversikan dalam persamaan (2.7) menjadi :
AD = (C0+c.Tr0) + c.(1-t)Y + I0 + G ; AD = Ā + c.(1-t) (2.10)
dengan Ā = C0 + I0 + c.Tr0 + G0


Y – c.(1-T).Y = Ā
Y.(1-c(1-T)) = Ā

Y = Ā /(1-c(1-t)) (2.11)
merupakan mulitplier dan biasanya sama dengan notasi a0.
sehingga persamaan 2.11 menjadi :
Y = a0.Ā (2.12)

Kurva IS

Fungsi permintaan agregat dimodifikasikan untuk mencerminkan skedul pengeluaran investasi yang direncanakan. Permintaan agregat masih terdiri dari permintaan untuk konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah atas barang dan jasa. Hanya sekarang pengeluaran investasi tergantung pada suku bunga, sehingga didapatkan :
AD = C + I + G
= C0 + c.Tr0 + c(1-t)Y + I0 – b.i + G0 (2.13)
= Ā + c0.Y – bi ; c0 = [1-c(1-t)] (2.14)
dimana :
Ā = C0 + c.Tr0 + I0 + G0 (2.15)
Untuk mencari kurva IS, digunakan :
Y = AD
= Ā + c0.Y – b.i (2.16)
Y = a0.(Ā – bi) ; a0 = (2.17)
Kurva LM
Untuk mencari kurva LM, maka yang harus dipertegas terlebih dahulu adalah kondisi pasar uang. Kondisi pasar uang sendiri dibagi menjadi dua, yaitu uang riil dan uang nominal. Permintaan nominal akan uang merupakan permintaan individu atas sejumlah tertentu dari jenis mata uang atau nilai yang tertera di mata uang, sedangkan permintaan uang yang dinyatakan dalam bentuk barang merupakan saldo uang riil.
Permintaan akan uang riil (L) ditambah permintaan akan kepemilikan obligasi (DB) sama dengan kekayaan nominal (WN) dibagi tingkat harga (P) atau formulanya menjadi :
L + DB = WN/P (2.18)

Namun kendala anggaran kekayaan menyiratkan anggaran riil dan seorang individu, bahwa keputusan untuk memegang lebih banyak saldo uang riil berarti juga memutuskan memegang lebih sedikit kekayaan dalam bentuk surat obligasi. Hal ini berimplikasi kepada kondisi jika pasar uang berada dalam keadaan ekuillibrium, maka pasar obligasi juga berada pada keadaan ekuillibrium. Jadi kekayaan uang riil seluruhnya adalah :
WN/P = M/P + SB (2.19)
dimana M merupakan stok dari saldo uang nominal, SB merupakan penawran riil dari obligasi. Subtitusi dari persamaan (2.18) dan (2.19) menjadi :
(L-M/P) + (DB-SB) = 0 (2.20)

Kini akan kondisi pasar obligasi akan diabaikan. Sehingga tulisan ini dapat lebih memfokuskan kepada pasar uang. Kendala anggaran kekayaan menyiratkan bahwa bilamana pasar berada dalam kondisi ekuillibrium (L=MP) maka pasar obligasi juga berada dalam kondisi ekuillibrium.

Dalam pasar uang diasumsikan bahwa masyarakat memegang uang cash sendiri. Permintaan akan saldo riil ini tergantung kepada tingkat pendapatan riil dan suku bunga. Biaya untuk memegang uang bagi masyarakat adalah bunga yang dikorbankan oleh pemegang uang. Semakin tinggi bunga, semain rugi memegang uang. Kondisi ini dapat diformulasikan menjadi :
L = k.Y – h.i ; k, h > 0 (2.21)

dimana k adalah parameter kepekaan dari permintaan atas saldo riil terhadap tingkat pendapatan dan h adalah parameter kepekaan dari permintaan atas saldo riil terhadap tingkat suku bunga.
Skedul LM atau skedul ekuillibrium pasar uang akan memperlihatkan seluruh kombinasi dari suku bunga dan tingkat pendapatan sedemikian rupa, sehingga permintaan akan saldo riil sama dengan penawaran.
L = M0/P0 (2.22)
maka,
Mo/Po = k.Y - h.i (2.23)

Pendapatan Equillibrium dari Suku Bunga
Perpotongan antara skedul IS dan LM akan menentukan pendapatan equillibrium dan suku bunga equillibium. Dari persamaan 2.17 di atas, didapatkan Y = µ0.(Ā – bi) dan dari persamaan 2.23 didapatkan
Mo/Po = k.Y - h.i

(METODE ANALISIS : PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA 1983-2001)

Metoda Penelitian

Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa tulisan ini menggunakan metoda studi literatur sebagai cara penulisan. Studi literatur disini didefinisikan sebagai alat untuk mempelajari bahan melalui buku-buku, jurnal dan laporan tahunan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, ADB ataupun BPS. Dari data-data yang telah didapatkan akan dibuat model matematika. Sehingga model matematika tersebut dapat ditransformasikan menjadi model grafis. Dari model grafis akan dapat ditafsirkan mengenai efisiensi kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.

Metoda Pembentukan Model


Data yang didapatkan dari BI dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu : (1) Pendapatan Nasional; (2) Suku Bunga SBI; (3) Uang Beredar. Pendapatan Nasional dan Suku bunga SBI akan membangun persamaan bagi Kurva IS. Sedangkan Uang beredar dan Suku Bunga SBI akan membentuk persamaan bagi Kurva LM. Dari pembentukan model ini, diasumsikan bahwa interest rate (i) yang akan digunakan bagi kedua kurva (lihat persamaan 2.14 dan 2.21) adalah sama dengan Suku Bunga SBI, berbentuk :


ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1983


ATAS DASAR HARGA BERLAKU

Tabel 3.1 Contoh Data GNP Indonesia dari Tahun 1983 - 1988

Dari tabel 3.1 di atas, terlihat bahwa Pengeluaran Konsumsi Total adalah pengeluaran konsumsi (C) ditambah dengan pengeluaran Pemerintah (G). Pengeluaran Pemerintah ini direpresentasikan oleh APBN. Sedangkan perubahan stok dianggap bagian dari investasi, sehingga investasi total (I) adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto ditambah dengan Perubahan Stok. Pendapatan Nasional = Y,

sedangkan contoh dari tabel Suku Bunga SBI adalah :

Tabel 3.2 Contoh Data Tingkat Diskonto SBI dari tahun 1983 - 1988
Dari tabel 3.1 juga akan terlihat, bahwa Pendapatan Nasional dipandang dari dua segi, yaitu harga konstan 1983 dan Harga berlaku. Harga konstan ini akan menjadi faktor autonomous, sehingga :


Pendapatan Nasional dari Harga Konstan = Ā (3.1)

Pendapatan Nasional dari Harga Berlaku = Y (3.2)


Dari bagian harga berlaku akan dapat dilihat tingkat pajak. Yaitu Pajak tidak langsung netto (t.Y) dibagi dengan pendapatan Nasional (Y), sehingga :
t=(t.Y)/t (3.3)


Dari tabel 3.2 sudah didapatkan contoh data tingkat diskonto Suku Bunga Indonesia (SBI). Untuk tahun 1983 – 1988 data yang ada hanyalah tingkat suku bunga per 7 hari (1 minggu), 14 hari (2 minggu), 28 hari (1 bulan) dan 90 hari (3 bulan), sedangkan sejak tahun 1990 baru diperkenalkan tingkat suku bunga per 180 hari dan tahun 1991 baru diperkenalkan tingkat suku bunga per 360 hari. Tingkat suku bunga ini diasumsikan sebagai i (inters rate) yang akan digunakan dalam persamaan kurva IS dan persamaan kurva LM.

Tabel . 3.3 Contoh data tingkat Diskonto SBI dari tahun 1990 - 1994.


Dari persamaan Kurva IS (2.17) diketahui :


Y = a0.(Ā – bi) ; a0 = 1/ (1-c(1-t)) (3.4)


Diasumsikan pajak (t) konstan dengan harga (0,2) dan data per tahun dari pendapatan sudah ada, maka parameter c dan b akan didapatkan dengan metoda eliminasi, yaitu :
Y = (A0-bi)/ (1-c(1-t)) (3.5)

Dari persamaan Kurva LM (2.23) diketahui bahwa :

Mo/Po = k.Y - h.i (3.6)

dimana M0 adalah jumlah uang beredar atau sama dengan M2, seperti yang digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel. 3.4 Jumlah Uang beredar (dalam milyar rupiah)

P dalam persamaan (3.6) di atas diasumsikan = 1 atau pengaruh kurs dianggap konstan, sedangkan i memakai data SBI. Sehingga parameter k dan h dapat dicari dengan metoda eliminasi.
P = 1 (3.7)


Metoda Penafsiran Data


Setelah semua model matematika per tahun, baik untuk model IS dan LM sudah diketahui, maka langkah yang dilakukan adalah mentransformasikan model matematika tersebut ke dalam model grafis. Efisiensi kurva IS dan kurva LM akan ditunjukkan kepada tingkat kemiringan dari masing-masing kurva.

KONDISI FISKAL DAN MONETER 1983-1984

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1983 – 1984

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1983 – 1984 adalah :
Y = Ā – 341.053,03 i + 0,98 Y (4.6)
Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1983 – 1984 adalah :
M/P = 0,12 Y - 3.196,03 i (4.7)

Kondisi Tahun 1983-1984 : Dari model matematika terlihat bahwa secara umum kondisi perekonomian masih normal. Namun, terlihat pasar barang dan jasa (IS) landai yang berarti terjadi elastisitas permintaan investasi terhadap bunga. Pasar uang (LM) sangat curam yang berarti kebijakan paling baik adalah melakukan kebijakan moneter yang ekspansif dibandingkan kebijakan fiskal yang ekspansif. Pada tahun ini kebijakan moneter sangat efektif. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tabungan masyarakat (uang kuasi meningkat dengan tajam) dibandingkan dengan uang cash (M1).

KONDISI FISKAL DAN MONETER 1984-1985

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1984 – 1985
Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1984 – 1985 adalah :
Y = Ā + 36.557,58 i - 0,10 Y (4.8)
Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1984 – 1985 adalah :
M/P = 0,49 Y - 77478,20 i (4.9)
Kondisi tahun 1984-1985 : Kondisi yang tidak normal bagi kebijakan fiskal, dimana nilai b dan c > 0.

KONDISI FISKAL DAN MONETER 1985-1986

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1985 – 1986

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1985 – 1986 adalah :
Y = Ā – 65.730,80 i + 0,19 Y (4.10)
Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1985 – 1986 adalah :
M/P = 0,27 Y - 62.603,41 i (4.11)


Pada tahun 1985-1986: Grafik di atas menjelaskan bahwa kondisi perekonomian makro normal, walaupun h besar, sehingga sangat sensitif terhadap perubahan i. Kurva LM cenderung landai. Kondisi ini berarti kebijakan fiskal adalah kebijakan yang paling efektif.

KONDISI FISKAL DAN MONETER TAHUN 1986-1987

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1986 – 1987

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1986 – 1987 adalah :
Y = Ā – 507.157,14i + 1,25 Y (4.12)
Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1986 – 1987 adalah :
= 0,35Y – 100.266,50 i (4.13)

Sehingga grafik dapat dilihat seperti berikut:

Kondisi Tahun 1986-1987: Parameter c > 1 yang berarti tingkat konsumsi melebihi dari pendapatan yang ada. Hal ini dapat diinterpretasikan adanya sumber dana lain di luar dana yang dilaporkan sebagai pendapatan nasional, mungkin dana nonbudgeter. h >> sangat sensitif terhadap perubahan i. Faktor politis (Pemilu) sangat berperan sebagai pemicu.

KONDISI FISKAL DAN MONETER TAHUN 1987-1988

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1987 – 1988

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1987 – 1988 adalah :
Y = Ā – 1.204.381,75 + 2,85 Y (4.14)
Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1987 – 1988 adalah :

M/P = 0,02 Y + 70.676,75 i (4.15)
Sehingga grafik equillibrium IS-LM dapat dilihat seperti di samping.

Kondisi 1987-1987 : Kondisinya masih sama dengan tahun 1986 – 1987. Namun tingkat konsumsi jauh melebihi pendapatan nasional.

Kondisi Fiskal dan Moneter 1988-1989

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1988 – 1989

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1988 – 1989 adalah :
Y = Ā – 467.134,29 i + 1.05 Y (4.16)
Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1988 – 1989 adalah :
M/P = 1,20 Y - 585.647,33 i (4.17)


adapun titik equillibrium IS-LM dapat dilihat seperti di samping.
Kondisi 1988-1989: Sama kondisinya seperti tahun 1986 – 1987. Dimana c > 1 dan h >>.

KONDISI FISKAL DAN MONETER 1989-1990

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1989 – 1990

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1989 – 1990 adalah :
Y = Ā – 326.098,33 i + 0,68 Y (4.18)
Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1989 – 1990 adalah :

M/P = 1,73 Y - 907.857,25 i (4.19)

Adapun equillibrium IS-LM dapat dilihat seperti disamping.

Pada tahun 1989-1900: c >>. Kondisi sudah normal, tetapi pengaruh suku bunga masih sangat besar sekali.

KONDISI FISKAL DAN MONETER 1990-1991

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1990 – 1991
Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1990 – 1991 adalah :

Y = Ā – 155.752,73 i + 0,27 Y (4.20)
Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1990 – 1991 adalah :
M/P = 0,31 Y + 133.585,61 i (4.21)
Adapun equillibrium IS-LM dapat dilihat sebagai berikut :

Kondisi tahun 1989-1990 : c >>. Kondisi sudah normal, tetapi pengaruh suku bunga masih sangat besar sekali.

Senin, 26 Mei 2008

KONDISI FISKAL DAN MONETER TAHUN 1991-1992

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1991 – 1992

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1991 – 1992 adalah :

Y = Ā – 353.468,35 i + 0,85 Y (4.22)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1991 – 1992 adalah :

M/P = 2,94 Y - 1.228.291,17 i (4.23)

Dan grafiknya adalah :

PAda tahun 1991-1992 : Kondisi fiskal dan moneter normal

KONDISI MONETER DAN FISKAL TAHUN 1992-1993

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1992 – 1993

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1992 – 1993 adalah :

Y = Ā + 663.994,09 i - 0,72 Y (4.24)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1992 – 1993 adalah :

M/P = 0,56 Y - 141.343,41 i (4.25)


Dan grafiknya adalah seperti di samping:


PAda tahun 1992-1993 : Kondisi tidak normal. b (–) dan c (-). Kebijakan fiskal tidak jalan, kebijakan moneter sangat efektif dan sangat sensitif terhadap peubah i. Hal ini dapat dilihat dari peredaran uang kuasi tahun 1992 dari 26,1% menjadi 74,7% pada tahun 1993. Faktor politik sangat berperan (pemilu).

KONDISI MONETER DAN FISKAL TAHUN 1993-1994


Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1993 – 1994

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1993 – 1994 adalah :

Y = Ā – 468.893,54 i - 0,28 Y (4.26)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1993 – 1994 adalah :

M/P = 0,45 Y + 76.273,95 i (4.27)

Dengan grafik seperti di atas:

Pada tahun 1993-1994 : Fiskal efektif, namun kebijakan moneter tidak efektif, karena h <<.

KONDISI FISKAL DAN MONETER TAHUN 1994-1995

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1994 – 1995

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1994 – 1995 adalah :

Y = Ā + 663.994,09 i - 0,36 Y (4.28)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1994 – 1995 adalah :

M/P = -0,62 Y + 3.704.986,88 i (4.29)

Bentuk grafik seperti di atas :

Pada tahun 1994-1995 ini : Kondisi tidak normal. b (–) dan c (-). Kebijakan fiskal dan moneter tidak efektif.

KONDISI FISKAL DAN MONETER TAHUN 1995-1996

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1995 – 1996

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1995 – 1996 adalah :

Y = Ā + 1.879.113,05i - 0,82 Y (4.30)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1995 – 1996 adalah :

M/P= -0,81 Y + 4.239.959,12 i (4.30)

Dan bentuk grafiknya adalah seperti di samping:

Pada tahun 1995-1996 kondisi ekonomi makro adalah : Kondisi lebih parah dari tahun sebelumnya. b (–) dan c (-). Kebijakan fiskal dan moneter tidak efektif. Pada saat ini kondisi perekonomian Indonesia mulai goyah, skaligus tanda-tanda goyahnya kepemimpinan Pak Harto.

KONDISI FISKAL DAN MONETER INDONESIA (1996-1997)

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1996 – 1997
Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1996 – 1997 adalah :

Y = Ā + 1.244.973,46 i - 0,59 Y (4.31)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1996 – 1997 adalah :
M/P = 1,76 Y - 2.507.791,30 i (4.32)
Dengan grafik seperti di samping

Pada tahun 1996-1997 : Kondisi sedikit lebih bagus dari pada tahun sebelumnya. Namun kebijakan moneter masih belum efektif, dan sensitif terhadap i. c, b <0


KONDISI FISKAL DAN MONETER INDONESIA (1997-1998)

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1997 – 1998

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1997 – 1998 adalah :
Y = Ā - 872.942,01 i + 0,35 Y (4.33)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1997 – 1998 adalah :

M/P = 0,76 Y + 566.103,07 i (4.34)

Dan bentuk grafiknya adalah seperti di disamping:

Pada tahun 1997-1998 dapat dikatakan bahwa : Kebijakan moneter tidak efektif. Setelah mundurnya Pak Harto, kondisi berangsur mulai normal. Namun parameter b (–) dan c (-).

KONDISI FISKAL DAN MONETER INDONESIA 1998-1999

Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1998 - 1999

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1998 – 1999 adalah :

Y = Ā - 100.684,32 i + 0,22 Y (4.35)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1998 – 1999 adalah :

P/M = 2,28 Y - 292.476,58 i (4.36)

Dan bentuk grafiknya adalah seperti di samping

Pada tahun 1998-1999 dapat dikatakan bahwa : Kebijakan fiskal sangat efektif, namun kecenderungan i (interest rate) sensitif. Kebijakan moneter masih dipengaruhi oleh peubah i. Di sini kebijakan moneter mulai efektif.

KONDISI FISKAL DAN MONETER INDONESIA 1999-2000

4.3.17 Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 1999 – 2000

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 1999 – 2000 adalah :

Y = Ā - 227.855,79 i + 0,32 Y (4.37)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 1999 – 2000 adalah :

P/M = 1,85 Y + 80.952,06 i (4.38)

Dan bentuk grafiknya adalah :
Dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 1999-2000: Kondisi fiskal normal. Kebijakan moneter masih belum efektif.

KONDISI FISKAL DAN MONETER INDONESIA TAHUN 2000 – 2001

4.18 Titik Equilibrium Kurva IS – LM Pada Tahun 2000 – 2001

Diketahui kurva IS yang terbentuk untuk tahun 2000 – 2001 adalah :
Y = Ā - 767.994,89 i + 0,29 Y (4.39)

Sedangkan kurva LM yang terbentuk untuk tahun 2000 – 2001 adalah :

M/P = 0,59 Y + 4.247.421,90 i (4.40)

Dengan bentuk grafiknya seperti di samping :

Dari gambar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2000-2001: Kondisi fiskal normal. Parameter konsumsi sudah mulai normal, tetapi hubungan i terhadap h belum normal.

BAB V KESIMPULAN (SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI : KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER INDONESIA SEJAK TAHUN 1983 – 2001)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan secara keseluruhan dari tulisan ini adalah :
Pada masa pemerintahan Presiden Suharto (yang diambil pada paruh waktu 1982 – 1983) terlihat :

  1. Kondisi normal tetapi fluktuatif, namun kecenderungan interest rate nya tinggi.
  2. Pada saat-saat tertentu (menjelang pemilu 1986-1987, 1992-1993) terjadi sesuatu yang menyimpang. Dimana tingkat konsumsi nasional melebihi dari pendapatan nasional. Berarti ada sumber dana lain (non budgeter) di luar pendapatan nasional yang dibelanjakan pada saat itu.
  3. Mulai tahun 1994 – 1996 sudah tampak gejala akan timbulnya krisis moneter. Dari data terlihat kebijakan fiskal maupun moneter tidak efektif karena pada saat itu pemerintah dalam posisi yang sulit untuk mengendalikan kebijakan perekonomian.
  4. Tahun 1996 – 1998 : Kebijakan fiskal seolah-olah normal, namun kondisi moneter sangat memprihatinkan. Pada saat inilah terjadi reformasi yang mengakibatkan terjadinya pergantian pemerintahan.

Pada Masa pemerintahan Presiden Habibie (1998 – 1999) :
Kondisi fiskal normal. Kondisi Moneter cenderung masih sensitif terhadap perubahan. Hal Kondisi ini merupakan dampak dari kebijakan moneter pemerintahan sebelumnya yang sangat memprihatinkan. Namun dalam kurun waktu satu tahun, kondisi moneter sudah lebih membaik.

Pada Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (1999 – 2001).
Kondisi kebijakan fiskal normal, namun kebijakan moneter tidak efektif (tidak berjalan dengan normal).

5.2 Saran
Untuk lebih mempertajam analisa tulisan ini pada tinjauan selanjutnya, maka perlu ada beberapa data tambahan, seperti :

  1. Perhitungan tingkat inflasi terhadap pendapatan nasional.
  2. Perhitungan nilai transfer secara real, dan ini akan berimplikasi terhadap perhitungan pendapatan pemerintah dari pajak.
  3. Tinjauan nilai kurs mata uang rupiah terhadap mata uang asing.
  4. Untuk masa pemerintahan sekarang disarankan agar data yang dikeluarkan sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Asian Development Bank. Asian Development Outlook 1997 and 1998 : Special Chapter As The Century Turns The Social Challenge in Asia. Oxford University Press. 1997.
  2. Asian Development Bank. Asian Development Outlook 1998 : Special Chapter As The Century Turns The Social Challenge in Asia. Oxford University Press. 1998.
  3. Asian Development Bank. Asian Development Outlook 2000 : Special Chapter As The Century Turns The Social Challenge in Asia. Oxford University Press. 2000.
  4. Bank Indonesia, Laporan Tahunan, tahun 1987.
  5. Bank Indonesia, Laporan Tahunan, tahun 1992.
  6. Bank Indonesia, Laporan Tahunan, tahun 1996.
  7. Bank Indonesia, Laporan Tahunan, tahun 2001.
  8. Dernbusg, Thomas F. (terjemahan edisi ke – 7). Makroekonomi : Konsep, Teori dan Kebijakan. PT. Gelora Aksara Pratama. 1994.
  9. Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer and Richard Startz. 7th edition. Makroekonomics. Irwin McGraw – Hill . 1998.
  10. Dornbusch, Rudiger dan Stanley Fischer. (terjemahan edisi ke – 4). Makroekonomi. Penerbit Erlangga. 1987.
  11. Dornbusch, Rudiger dan Stanley Fischer. (terjemahan edisi ke – 5 - Jilid 1). Makroekonomi. Penerbit Rineka Cipta. 1997.
  12. Hicks, JR. Rangka Dasar Penghidupan Masyarakat. PT. Pembangunan Jakarta. 1981.
  13. Johnson, Bryan T. et. al. 1996 Index of Economic Freedom. The Heritage Foundation – The Wall Street Journal. 1998.
  14. Johnson, Bryan T. et. al. 1998 Index of Economic Freedom. The Heritage Foundation – The Wall Street Journal. 1998.
  15. Schultze, Charles L. Memos to The President : A guide through Macroeconomiscs for the Busy Policy Maker. The Brooking Institution. Washington D.C. 1992.

Senin, 19 Mei 2008

RELASI PERTUMBUHAN PENDUDUK, INDUSTRI DAN RECOVERY LINGKUNGAN – SOSIAL

  • Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi pada akhir dekade ini telah meningkatkan polusi dan penurunan lingkungan sebagai akibat dari depresiasi perekonomian. Peraturan-peraturan mengenai lingkungan sangat diabaikan selama periode ini. Perluasan industri mengakibatkan tumbuhnya ekonomi secara pesat, ketenagakerjaan, menaikkan pendapatan dan meningkatkan ekspor. pemusatan limbah industri di kawasan perkotaan memiliki pengaruh yang serius dan melahirkan bahaya terhadap kesehatan dan kehidupan penduduk di Indonesia.
  • Konsep pembangunan berkelanjutan terus mengalami perubahan sejak diperkenalkan pada tahun 1970. Pembangunan dapat disebut berkelanjutan bila memenuhi kriteria ekonomis, bermanfaat secara sosial, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
  • Dimensi lingkungan mulai mendapat perhatian pada tahun delapan puluhan. Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992 merupakan titik tolak dipertimbangkannya dimensi sosial dalam pembangunan berkelanjutan. Salah satu hasil penting dalam konferensi ini adalah pembentukan komisi pembangunan berkelanjutan (CSD – Commission on Sustainable Development). Komisi ini telah menghasilkan kesepakatan untuk mengimplementasikan konsep pembangunan berkelanjutan seperti yang tertuang dalam Agenda 21.
  • Sebagai negara berkembang, Indonesia menyadari pentingnya melakukan upaya pengurangan CO2 karena CO2 sangat berpotensi dalam membentuk gas rumah kaca yang merupakan gas yang sangat berbahaya bagi kestabilan iklim di Indonesia. Salah satu dampak negatif dengan peningkatan gas rumah kaca adalah timbulnya penyakit, hujan tidak pada musimnya, masa kemarau yang berkepanjangan, bertambahnya volume air laut, bahkan sampai pada kemungkinan tenggelamnya pulau-pulau kecil di Indonesia.
  • Pada tahun 2007, Indonesia terpilih sebagai host country untuk menyelenggarakan Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim yang merupakan pertemuan penting antar negara-negara di dunia sebagai kelanjutan dari disahkannya Protokol Kyoto yang mengatur tentang pengurangan emisi CO2 di negara-negara maju. Dalam mekanisme ini, negara maju akan memberikan bantuan ke negara-negara berkembang untuk menurunkan emisi CO2 atau yang lebih dikenal sebagai perdagangan CO2.
  • KTT Perubahan Iklim yang berakhir pada tanggal 14 Desember 2007 menghasilkan suatu kesepakatan bahwa target pengurangan emisi CO2 diharapkan berkisar pada 25%-40% pada tahun 2025.
  • Sektor industri dipandang sebagai salah satu sektor yang sangat berpotensi dalam upaya pengurangan CO2 tersebut, selain sektor kehutanan dan kelautan.Untuk itu, Departemen Perindustrian berkewajiban untuk memikirkan dan melakukan upaya yang bisa dilakukan oleh sektor industri dalam pengurangan emisi CO2 tersebut.
  • Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh Masayrakat Industri dalam rangka recovery sosial dan lingkungan, sebagai berikut:

  • Pembangunan Masyarakat Industri yang berkelanjutan
    o Terumuskannya pola dan konsep CSR bagi masyarakat di sekitar lokasi Industri.
    o Terlaksananya masyarakat industry cinta emisi bersih
    o Terumuskan serta terlaksananya mekanisme dan Audit Lingkungan berbasis pada Clean Development Mechanism.
  • Penerapan konservasi energi melalui Alih teknologi
    o Teridentifikasi serta tereksplorasi energy alternatif berbasis sumber Daya Lokal.
    o Pemanfaatan Energi Alternatif untuk industri manufaktur.
  • Penerapan Sistem Pemantauan dan Evaluasi Lingkungan dan Energi pada Sektor Industri.
    o Mekanisme pemantauan dan supervisi Emisi CO2 di Sektor Industri.
    o Sistem Informasi berbasis GIS tentang Emisi CO2 dan energi di sektor industry.
    o Terlaksananya updating Sistem Informasi berbasis GIS tentang Emisi CO2 dan energi di sektor industry.

Selasa, 06 Mei 2008

Kisah Cinta Seorang Anak

Kisah Cinta Seorang Anak..(ditulis oleh Cristine Wili)
Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak inimemang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja.Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa sayamembesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya punmelahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian jugaSam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan danmembelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapastel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalumenuruti perkataan saya.
Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadisemakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang.
Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telahberumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.
Tiba-tiba bayangan Eric melintaskembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Braddengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yangsebenarnya terjadi?"
"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan halyang telah saya lakukan dulu." aku menceritakannya juga dengan terisak-isak.
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah sayatinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric...Namun saya tidak menemukan siapa pun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya.
Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau."Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!'
Karena tidak tega,saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulanyang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..."
Saya pun membaca tulisan di kertas itu..."Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy marah samaEric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."
Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan...katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!"Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras."Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana...
Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana."
Bagaimana komentar anda tentang kisah ini?

Model Pengembangan Rantai Pasok Rumput Laut oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Guna Pemenuhan Kebutuhan Rumput Laut Dan Produk Turunannya

Denny Noviansyah Abstrak Indonesia sebagai negara Maritim mempunyai Panjang pantai seluas 95.181 km 2 . Pesisir pantai mempunyai berbagai je...