Custom Search

Selasa, 27 Mei 2008

PENDEKATAN TEORI (PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1983-2001)

Perhitungan Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional (Y) adalah penjumlahan dari variabel Konsumsi (C), Investasi (I), Belanja Negara (G) dan Perdagangan Luar Negeri (NX). Jika diformulasikan menjadi :
Y = C + I + G + NX (2.1)

dimana Pendapatan Nasional sendiri dapat disamakan dengan Pendapatan Disposibel (Yd) ditambah selisih dari pengeluaran untuk pajak (TA) dan Transfer (Tr). Atau formulanya menjadi :
Yd = Y + Tr – TA (2.2)

Pendapatan disposibel sendiri adalah penjumlahan dari Konsumsi (C) dengan Penyimpanan (S) masyarakat.
Yd = C + S (2.3)

Dari (2.2) dan (2.3) akan dapat ditulis :
C + S = Yd = Y + Tr – TA
4 C = Yd – S = Y + Tr – TA – S
Y – G – I – NX = Y + Tr – TA – S
S – I = (G + Tr – TA) + NX (2.4)

Untuk mengetahui kegunaan fungsi konsumsi sendiri, akan dilihat dari penggunaan multiplier, dimana :
C = C0 + c.Y ; C0> 0, 0 < c < 1 (2.5)
Permintaan agregat sendiri merupakan jumlah dari permintaan konsumsi dan Investasi :
AD = C + I0 (2.6)
Dari persamaan (2.5) dimasukkan ke (2.6) :

AD = C0 + c.Y + I0 ; Ā = C0+ I0 (2.7)
AD = Ā + c.Y (2.8)
dalam kondisi equillibrium AD = Y, sehingga persamaan (2.8) menjadi :
Y = Ā + c.Y (2.9)

Tetapi, harap diingat, bahwa konsumsi tidak lagi tergantung pada pendapatan (Y) melainkan dari pendapatan disposebel (Yd) yang direpresentasikan oleh persamaan 2.2. dimana Yd = Y + Tr – TA, sehingga persamaan 2.5 menjadi :
C = C0 + c.Yd (2.5a)
= C0 + c(Y + Tr – TA) (2.5b)

Untuk kebijakan fiskal diasumsikan bahwa pemerintah membeli barang dan jasa dalam suatu jumlah yang konstan (G=G0) dengan mengadakan sejumlah transfer yang konstan (Tr = Tr0) dan memungut pendapatan dalam bentuk pajak (TA = t.Y), sehingga persamaan (2.5b) menjadi :

C = C0 + c. (Y + Tr0 – t.Y)
= (C0+c.Tr0) + c(1-t)Y (2.5c)

Persamaan (2.1) yang dikonversikan dalam persamaan (2.7) menjadi :
AD = (C0+c.Tr0) + c.(1-t)Y + I0 + G ; AD = Ā + c.(1-t) (2.10)
dengan Ā = C0 + I0 + c.Tr0 + G0


Y – c.(1-T).Y = Ā
Y.(1-c(1-T)) = Ā

Y = Ā /(1-c(1-t)) (2.11)
merupakan mulitplier dan biasanya sama dengan notasi a0.
sehingga persamaan 2.11 menjadi :
Y = a0.Ā (2.12)

Kurva IS

Fungsi permintaan agregat dimodifikasikan untuk mencerminkan skedul pengeluaran investasi yang direncanakan. Permintaan agregat masih terdiri dari permintaan untuk konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah atas barang dan jasa. Hanya sekarang pengeluaran investasi tergantung pada suku bunga, sehingga didapatkan :
AD = C + I + G
= C0 + c.Tr0 + c(1-t)Y + I0 – b.i + G0 (2.13)
= Ā + c0.Y – bi ; c0 = [1-c(1-t)] (2.14)
dimana :
Ā = C0 + c.Tr0 + I0 + G0 (2.15)
Untuk mencari kurva IS, digunakan :
Y = AD
= Ā + c0.Y – b.i (2.16)
Y = a0.(Ā – bi) ; a0 = (2.17)
Kurva LM
Untuk mencari kurva LM, maka yang harus dipertegas terlebih dahulu adalah kondisi pasar uang. Kondisi pasar uang sendiri dibagi menjadi dua, yaitu uang riil dan uang nominal. Permintaan nominal akan uang merupakan permintaan individu atas sejumlah tertentu dari jenis mata uang atau nilai yang tertera di mata uang, sedangkan permintaan uang yang dinyatakan dalam bentuk barang merupakan saldo uang riil.
Permintaan akan uang riil (L) ditambah permintaan akan kepemilikan obligasi (DB) sama dengan kekayaan nominal (WN) dibagi tingkat harga (P) atau formulanya menjadi :
L + DB = WN/P (2.18)

Namun kendala anggaran kekayaan menyiratkan anggaran riil dan seorang individu, bahwa keputusan untuk memegang lebih banyak saldo uang riil berarti juga memutuskan memegang lebih sedikit kekayaan dalam bentuk surat obligasi. Hal ini berimplikasi kepada kondisi jika pasar uang berada dalam keadaan ekuillibrium, maka pasar obligasi juga berada pada keadaan ekuillibrium. Jadi kekayaan uang riil seluruhnya adalah :
WN/P = M/P + SB (2.19)
dimana M merupakan stok dari saldo uang nominal, SB merupakan penawran riil dari obligasi. Subtitusi dari persamaan (2.18) dan (2.19) menjadi :
(L-M/P) + (DB-SB) = 0 (2.20)

Kini akan kondisi pasar obligasi akan diabaikan. Sehingga tulisan ini dapat lebih memfokuskan kepada pasar uang. Kendala anggaran kekayaan menyiratkan bahwa bilamana pasar berada dalam kondisi ekuillibrium (L=MP) maka pasar obligasi juga berada dalam kondisi ekuillibrium.

Dalam pasar uang diasumsikan bahwa masyarakat memegang uang cash sendiri. Permintaan akan saldo riil ini tergantung kepada tingkat pendapatan riil dan suku bunga. Biaya untuk memegang uang bagi masyarakat adalah bunga yang dikorbankan oleh pemegang uang. Semakin tinggi bunga, semain rugi memegang uang. Kondisi ini dapat diformulasikan menjadi :
L = k.Y – h.i ; k, h > 0 (2.21)

dimana k adalah parameter kepekaan dari permintaan atas saldo riil terhadap tingkat pendapatan dan h adalah parameter kepekaan dari permintaan atas saldo riil terhadap tingkat suku bunga.
Skedul LM atau skedul ekuillibrium pasar uang akan memperlihatkan seluruh kombinasi dari suku bunga dan tingkat pendapatan sedemikian rupa, sehingga permintaan akan saldo riil sama dengan penawaran.
L = M0/P0 (2.22)
maka,
Mo/Po = k.Y - h.i (2.23)

Pendapatan Equillibrium dari Suku Bunga
Perpotongan antara skedul IS dan LM akan menentukan pendapatan equillibrium dan suku bunga equillibium. Dari persamaan 2.17 di atas, didapatkan Y = µ0.(Ā – bi) dan dari persamaan 2.23 didapatkan
Mo/Po = k.Y - h.i

Tidak ada komentar:

MENGENAL CRITICAL RAW MATERIAL (CRM) – 10: MINERAL PEMBAWA LTJ (RARE EARTH)

Denny Noviansyah Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth Element (REE) adalah 17 unsur dalam kelompok lantanida yang terdapat dalam tabel u...