Metoda Penelitian
Metoda Pembentukan Model
Pendapatan Nasional dari Harga Konstan = Ā (3.1)
Dari bagian harga berlaku akan dapat dilihat tingkat pajak. Yaitu Pajak tidak langsung netto (t.Y) dibagi dengan pendapatan Nasional (Y), sehingga :
t=(t.Y)/t (3.3)
Dari tabel 3.2 sudah didapatkan contoh data tingkat diskonto Suku Bunga Indonesia (SBI). Untuk tahun 1983 – 1988 data yang ada hanyalah tingkat suku bunga per 7 hari (1 minggu), 14 hari (2 minggu), 28 hari (1 bulan) dan 90 hari (3 bulan), sedangkan sejak tahun 1990 baru diperkenalkan tingkat suku bunga per 180 hari dan tahun 1991 baru diperkenalkan tingkat suku bunga per 360 hari. Tingkat suku bunga ini diasumsikan sebagai i (inters rate) yang akan digunakan dalam persamaan kurva IS dan persamaan kurva LM.
Dari persamaan Kurva IS (2.17) diketahui :
Y = a0.(Ā – bi) ; a0 = 1/ (1-c(1-t)) (3.4)
Metoda Penafsiran Data
Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa tulisan ini menggunakan metoda studi literatur sebagai cara penulisan. Studi literatur disini didefinisikan sebagai alat untuk mempelajari bahan melalui buku-buku, jurnal dan laporan tahunan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, ADB ataupun BPS. Dari data-data yang telah didapatkan akan dibuat model matematika. Sehingga model matematika tersebut dapat ditransformasikan menjadi model grafis. Dari model grafis akan dapat ditafsirkan mengenai efisiensi kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
Metoda Pembentukan Model
Data yang didapatkan dari BI dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu : (1) Pendapatan Nasional; (2) Suku Bunga SBI; (3) Uang Beredar. Pendapatan Nasional dan Suku bunga SBI akan membangun persamaan bagi Kurva IS. Sedangkan Uang beredar dan Suku Bunga SBI akan membentuk persamaan bagi Kurva LM. Dari pembentukan model ini, diasumsikan bahwa interest rate (i) yang akan digunakan bagi kedua kurva (lihat persamaan 2.14 dan 2.21) adalah sama dengan Suku Bunga SBI, berbentuk :
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1983
ATAS DASAR HARGA BERLAKU
Tabel 3.1 Contoh Data GNP Indonesia dari Tahun 1983 - 1988
Dari tabel 3.1 di atas, terlihat bahwa Pengeluaran Konsumsi Total adalah pengeluaran konsumsi (C) ditambah dengan pengeluaran Pemerintah (G). Pengeluaran Pemerintah ini direpresentasikan oleh APBN. Sedangkan perubahan stok dianggap bagian dari investasi, sehingga investasi total (I) adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto ditambah dengan Perubahan Stok. Pendapatan Nasional = Y,
sedangkan contoh dari tabel Suku Bunga SBI adalah :
Tabel 3.2 Contoh Data Tingkat Diskonto SBI dari tahun 1983 - 1988
Dari tabel 3.1 juga akan terlihat, bahwa Pendapatan Nasional dipandang dari dua segi, yaitu harga konstan 1983 dan Harga berlaku. Harga konstan ini akan menjadi faktor autonomous, sehingga :
Dari tabel 3.1 juga akan terlihat, bahwa Pendapatan Nasional dipandang dari dua segi, yaitu harga konstan 1983 dan Harga berlaku. Harga konstan ini akan menjadi faktor autonomous, sehingga :
Pendapatan Nasional dari Harga Konstan = Ā (3.1)
Pendapatan Nasional dari Harga Berlaku = Y (3.2)
Dari bagian harga berlaku akan dapat dilihat tingkat pajak. Yaitu Pajak tidak langsung netto (t.Y) dibagi dengan pendapatan Nasional (Y), sehingga :
t=(t.Y)/t (3.3)
Dari tabel 3.2 sudah didapatkan contoh data tingkat diskonto Suku Bunga Indonesia (SBI). Untuk tahun 1983 – 1988 data yang ada hanyalah tingkat suku bunga per 7 hari (1 minggu), 14 hari (2 minggu), 28 hari (1 bulan) dan 90 hari (3 bulan), sedangkan sejak tahun 1990 baru diperkenalkan tingkat suku bunga per 180 hari dan tahun 1991 baru diperkenalkan tingkat suku bunga per 360 hari. Tingkat suku bunga ini diasumsikan sebagai i (inters rate) yang akan digunakan dalam persamaan kurva IS dan persamaan kurva LM.
Tabel . 3.3 Contoh data tingkat Diskonto SBI dari tahun 1990 - 1994.
Dari persamaan Kurva IS (2.17) diketahui :
Y = a0.(Ā – bi) ; a0 = 1/ (1-c(1-t)) (3.4)
Diasumsikan pajak (t) konstan dengan harga (0,2) dan data per tahun dari pendapatan sudah ada, maka parameter c dan b akan didapatkan dengan metoda eliminasi, yaitu :
Y = (A0-bi)/ (1-c(1-t)) (3.5)
Y = (A0-bi)/ (1-c(1-t)) (3.5)
Dari persamaan Kurva LM (2.23) diketahui bahwa :
Mo/Po = k.Y - h.i (3.6)
dimana M0 adalah jumlah uang beredar atau sama dengan M2, seperti yang digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel. 3.4 Jumlah Uang beredar (dalam milyar rupiah)
P dalam persamaan (3.6) di atas diasumsikan = 1 atau pengaruh kurs dianggap konstan, sedangkan i memakai data SBI. Sehingga parameter k dan h dapat dicari dengan metoda eliminasi.
P = 1 (3.7)
Tabel. 3.4 Jumlah Uang beredar (dalam milyar rupiah)
P dalam persamaan (3.6) di atas diasumsikan = 1 atau pengaruh kurs dianggap konstan, sedangkan i memakai data SBI. Sehingga parameter k dan h dapat dicari dengan metoda eliminasi.
P = 1 (3.7)
Metoda Penafsiran Data
Setelah semua model matematika per tahun, baik untuk model IS dan LM sudah diketahui, maka langkah yang dilakukan adalah mentransformasikan model matematika tersebut ke dalam model grafis. Efisiensi kurva IS dan kurva LM akan ditunjukkan kepada tingkat kemiringan dari masing-masing kurva.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar