Custom Search

Jumat, 18 Januari 2008

RELASI PERDAGANGAN DENGAN KUALITAS LINGKUNGAN

Latar Belakang
Kegiatan industri di seluruh planet muka bumi ini sedang berlomba-lomba meningkatkan daya saingnya dalam kerangka globalisasi dan perdagangan terbuka. Di samping itu meningkatnya kerusakan lingkungan sebagai akibat kegiatan manusia untuk meningkatkan kesejahteraannya menambah kepedulian terhadap pentingnya internalisasi lingkungan ke dalam segala kegiatan.

Pendekatan ekolabeling terus berkembang di seluruh dunia, dan memaksa para pelaku industri dan perdagangan untuk merubah produk yang tidak lagi berwawasan lingkungan menjadi produk berwawasan lingkungan. Pendekatan produksi bukan lagi hanya product quality dan least cost, tetapi juga harus mengandung environment quality.

Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam sesuatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Untuk menghitungnya, tiga cara dapat digunakan: cara pengehtaran, can produksi dan ,cara pendapatan. Masing-masing cara ini akan menghasilkan nilai pendapatan nasional yang berbeda. Sebabnya adalah karena setiap cara itu menghitung pen­dapatan nasional dari sudut pandangan yang berbeda-beda. :

  1. Dengan cara produksi yang dihitung adalah nilai produksi yang diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang ada di suatu negara, tanpa membedakan apakah faktor produksi itu milik orang luar negeri atau warganegara negara itu sendiri.
  2. Dengan cara pengeluaran yang dihitung adalah nilai produksi yang diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki deh seluruh warganegara negara yang bersangkutan. Berarti dalam cara perhitungan yang kedua ini tidak termasuk pendapatan warganegara asing atau modal luar negeri yang terdapat di negara itu, tetapi termasuk pendapatan modal dan warganegara negara itu dari luar negeri.
  3. Dengan cara ketiga, yaitu cara pendapatan, yang dihitung adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.[1]
Angka total pendapatan atau produk national bruto (GNP—Gross National Products) per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolok ukur tingkat esejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara. Konsep GNP itu sendiri merupakan indikator atas besar-kecilnya aktivitas perekonomian secara keseluruhan. GNP adalah nilai moneter (dalam satuan uang) atas segenap kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh penduduk suatu negara, tanpa harus dikurangi oleh depresiasi atas stok modal domestik.

Sedangkan yang disebut sebagai produk domestik bruto (GDP—Gross Domestic Products) adalah nilai total egenap utput akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (baik itu yang dilakukan oleh penduduk warga negara maupun orang - orang dari negara lain yang bermukim di negara bersangkutan.[2]

Jadi, GNP sama dengan GDP ditambah pendapatan milik penduduk domestik yang dikirimkan dari negara lain berkat kepemilikan mereka atas faktor-faktor produksi (terutama modal dan tenaga kerja) di luar negeri—dikurangi dengan pendapatan milik orang asing (atau lebih tepatnya perusahaan-perusahaan asing} berkat kepemilikannya terhadap faktor-faktor produksi yang ada di negara tersebut.

Menurut cara produksi, pendapatan nasional dihitung dengan menentukan dan selanjutnya menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sek­tor produktif yang ada dalam perekonomian. Biasanya sektor-sektor produktif tersebut dibedakan menjadi beberapa sektor berikut:
  • pertanian, kehutanan dan perikanan;
  • pertambangan;
  • industri pengoiahan (manufacturing);
  • perusahaan listrik, air dan gas;
  • industri bangunan;
  • pengangkutan dan penggudangan;
  • perdagangan;
  • bank, badan keuangan dan real estate;
  • Pemilikan rumah;
  • adminittrasi negara dan pertahanan; dan
  • jasa-jasa lainnya.

Maka untuk menghitung pendapatan nasional dengan cara produk­si, pertama-tama yang harus dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang diciptakan dalam tiap-tiap sektor di atas. Pendapatan nasional diperoleh dengan menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dalam sektor-sektor tersebut. Nilai yang diperoleh dinamakan Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Pro­duct (GDP).[3]

Pendekatan Kusnetz
Menurut Kusnetz, meningkatnya laju pendapatan per kapita, diversifikasi sektor kegiatan ekonomi dan realokasi sumber daya dan dana dalam proses diversifikasi itu, aglomerasi penduduk di lingkungan kota dan sekitamya, segala sesuatunya berkaitan dengan revolusi teknologi. Sejak awal era pertumbuhan, perkembangannya ditandai oleh banyaknya penemuan-penemuan baru serta inovasi-inovasi yang diterapkan dalam kegiatan ekonomi. Tenaga manusia dan hewan sebagai unsur ketenagaan dalam proses ekonomi di-ganti oleh tenaga uap dan listrik dengan batu bara sebagai bahan bakar utama. Kemudian hal itu disusul oleh peranan minyak bumi dan gas alam. Bahan mineral semakin berarti sebagai bahan baku dalam produksi berbagai jenis barang. Mekanisasi membawa perluasan skala produksi dan perubahan pada organisasi usaha. Semuanya itu disertai oleh pengembangan teknik yang baru di bidang transportasi dan komunikasi.

Dalam pandangan Kuznets era pertumbuhan tidak hanya ditandai oleh peran industri manufaktur dan konstruksi. Hal yang tidak kurang penting artinya ialah modernisasi teknologis di bidang pertanian dan bidang pro­duksi primer pada umumnya. Selain itu, kini semakin menonjol arti dan peranan pemasaran dan teknologi komunikasi. Perkembangan tersebut menyebabkan bahwa pola kegiatan ekonomi modem melintasi batas-batas antarnegara. Sebagai konsekuensi logis dari proses pertumbuhan yang dimaksud, perekonomian dunia dewasa ini berada pada tahap interdependensi dan globalisasi yang masih terus berlangsung.[4]

Pertumbuhan Endogen
Menurut teori neoklasik tradisional, rendahnya rasio modal-tenaga kerja di banyak negara berkembang menjanjikan tingkat pengembalian investasi (return on investment) yang sangat tinggi. Lebih lanjut juga ditegaskan bahwa reformasi pasar sebagaimana dianjurkan oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Intemasional (IMF) kepada negara-negara berkembang yang terlilit utang akan memacu kegiatan investasi, meningkatkan produktivitas, dan memperbaiki standar hidup masyarakat secara keseluruhan.

Namun pada kenyataannya, meskipun sudah melakukan liberalisasi perdagangan dan pembukaan pasar-pasar domestik, pertumbuhan di banyak negara berkembang tetap saja berjalan lambat atau bahkan macet sama sekali. Mereka juga gagal menarik penanaman modal asing, dan justru mengalami masalah pelarian modal (capital flight) dari dalam negeri. Perilaku yang aneh atas arus-arus permodalan Dunia Ketiga (yakni, modal itu justru mengalir dari negara miskin ke negara kaya, bukannya sebaliknya) merupakan sumber rangsangan berikutnya yang cukup kuat bagi kemunculan pendekatan atau aliran pemikiran baru yang kelima mengenai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pendekatan baru ini adalah konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth) atau, secara lebih sederhana, disebut teori pertumbuhan baru (new growth theory). Meskipun sosoknya masih dalam proses pengembangan dan belum cukup kokoh seperti halnya keempat pendekatan yang lain, teori pertumbuhan yang baru ini merupakan komponen kunci dalam teori-teori pembangunan. [5]

Teori pertumbuhan yang baru menyajikan suatu kerangka teoretis untuk menganalisis apa yang disebut sebagai pertumbuhan endogen atau proses pertumbuhan GNP yang bersumber dari suatu sistem yang mengatur proses produksi. Kontras dengan teori neoklasik tradisional, model-model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa pertumbuhan GNP itu sebenamya merupakan suatu konsekuensi alarniah atas adanya ekuilibrium jangka panjang. Motivasi pokok tumbuhnya teori baru ini adalah untuk menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi antamegara dan mengapa konsep pertumbuhan itu sendiri sedemikian penting. Secara lebih spesifik, para teoretis pertumbuhan endogen itu berusaha menjelaskan berbagai faktor yang menentukan besar-kecilnya, tingkat pertumbuhan GDP yang sebelumnya memang belum ditelaah, dalam persamaan pertumbuhan neoklasik Solow, hal itu hanya dinyatakan sebagai sesuatu yang bersifat eksogen (residu Solow).

Sistem Terpadu Pembangunan
Sistem pembangunan merupakan sebuah keterkaitan antara kondisi eksisting lingkungan, investasisert resiko sebagai bagian dari investasi. Pada dasarnya investasi ada, jika ada jaminan keuntungan dalam berusaha. Keuntungan merupakan fungsi produksi, harga, dan pendapatan pemerintah dari pajak dan bukan pajak. Produksi terjadi karena ada investasi, dan produksi membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.[6]


Hubungan Efek Aktivitas dan Valuasi Ekonomi

Menurut Poernomosidhi (1981) aktivitas dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor, yakni capital, Natural Resources, Community, dan Environment.[7] Aktivitas ini adalah upaya untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional. (Gambar 2)

Valuasi ekonomi adl nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar & mengenal sasaran.

Secara garis besar nilai ini dibagi ke dalam dua macam, yaitu nilai manfaat (use value) dan bukan nilai manfaat (non use value).

Use Value (UV) terdiri atas :

Nilai manfaat langsung, direct use value (DUV) adalah output (barang dan jasa) yang terkandung dalam suatu sumberdaya yang secara langsung dapat dimanfaatkan.
Nilai manfaat tidak langsung, indirect use value (IUV) adalah barang dan jasa yang ada karena keberadaan suatu sumberdaya yang tidak secara langsung da
pat diambil dari sumberdaya alam tersebut.

Definisi ;
Adalah suatu cara penilaian atau upaya kuantifikasi barang dan jasa sumberdaya alam dan lingkungan ke nilai uang (monetize), terlepas ada atau tidaknya nilai pasar terhadap barang dan jasa tersebut. Nilai ekonomi diukur dalam terminologi sebagai kesediaan membayar (willingness to pay) untuk mendapatkan komoditi tersebut.

Kegunaan :

  • Sebagai alat bantu untuk dapat memanfaatkan barang dan jasa SDA dan lingkungan secara bijaksana dan proporsional (wise and proportional).
  • Sebagai pintu gerbang proses internalisasi biaya lingkungan dan sosial ke dalam kegiatan ekonomi dan pembangunan sebagai upaya nyata implementasi konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
  • Nilai manfaat pilihan, option value (OV) adalah potensi manfaat langsung atau tidak langsung dari suatu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan diwaktu mendatang dengan asumsi sumberdaya tersebut tidak mengalami kemusnahan atau kerusakan yang permanen. Nilai ini merupakan kesanggupan individu untuk membayar atau mengeluarkan sejumlah uang agar dapat memanfaatkan potensi SDA di waktu mendatang.
Non-use value (NUV) terdiri atas :
  • Nilai pewarisan, baquest value (BV) adalah nilai yang berkaitan dengan perlindungan atau pengawetan (preservation) suatu sumberdaya agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang sehingga mereka dapat mengambil manfaat daripadanya sebagai manfaat yangtelah diambil oleh generasi sebelumnya.
  • Nilai keberadaan, existence value (EV) adalah nilai keberadaan suatu sumberdaya alam yang terlepas dari manfaat yang dapat diambil daripadanya. Nilai ini lebih berkaitan dengan nilai relijius yang melihat adanya hak hidup pada setiap komponen sumberdaya alam.

Secara umum penghitungan ini memakai model :
TEV = UV + NUV
TEV = (DUV + IUV + OV) +EV
Dimana,
UV = use value (nilai kegunaan = DUV + IUV + OV)
NUV = no use value (nilai non pakai = EV)
DUV = direct use value (nilai pakai langsung
)
IUV = indirect use value (nilai pakai tidak langsung)
OV = option value (nilai pilihan)
EV = existence value (nilai eksistensi)

Pada teori manajemen, secara umum telah diketahui terdapat empat tahapan secara umum, yakni Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengendalian. Keempat unsur tersebut akan sangat tergantung dalam deret waktu. Sehingga keluaran (output) yang dihasilkan merupakan tujuan dari manajemen itu sendiri.Namun, seringkali keluaran – keluaran yang ada, juga menghasilkan residu. Residu ini merupakan keluaran yang tidak diharapkan, atau dalam bahasa valuasi ekonomi disebut dengan eksternalitas. Secara umum konsep keluaran yang ada berdasarkan deret waktu dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini :[8]




Model Frankel dan Rose
Pada model Frankel dan Rose, di dapatkan dua buah model matematika, yakni model Pertumbuhan (GDP/Populasi) dalam (1), yakni :

dan Model Kehancuran Lingkungan, yaitu :


Sehingga, secara umum Hubungan antara Perdagangan [(Ekspor – Impor)/GDP] adalah :



Model Alternatif
Kualitas lingkungan juga dapat diterapkan dengan menghitung efek dari sistem alamiah dan sistem fisik dari aktivitas ekonomi. Perilaku sistem ini dapat dilihat melalui pendekatan Operation Research, Sistem Dinamik dan Model Input-Output. Konsep ini secara umum merupakan pendekatan efek langsung dan tidak langsung dari aktivitas sistem ekonomi (perdagangan dan jasa) yang kompleks. (Gambar 4) :[9]




Secara operasional, gambar 4 di atas, dapat dilihat keluaran serta residual efek eksternalitas yang berbentuk polusi udara, air maupun penurunan kualitas lahan (efek eksternalitas, seperti CO, CO2, NOX, SO2, Debu, dll) :
[10]




Daftar Pustaka
[1] Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta : Bima Grafika – Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Halaman 17.
[2] Todaro, Michael P. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga 1999. Halama 46
[3] Sukirno, Op. Cit. Halaman 18. Kesebelas Sektor yang dimaksud di atas, dapat dilihat secara rinci dalam table input – output yang dikkeluaran BPS. Untuk menganalisis sektor tersebut, dapat digunakan matrik Leontif, untuk melihat nilai index dari sector yang diinginkan.
[4] Djojohadikusumo, Sumitro. Perkembangan Pemikiran Ekonomi : Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LP3ES. Halaman 56 – 57.
[5] Todaro, Op. Cit. Halaman 109.
[6] Partowidagdo, Mengenal Pembangunan dan Analisis Kebijakan. Bandung : Program Studi Pembangunan ITB.
[7] Poernomosidhi Hadjisaroso. Regional Development Structure. Paper. 1981.
[8] Hufscmid, Maynard. Et. Al. Environment Natural Systems and Development : An Economic Valuation Guide. John Hopkins University Press. 1983. Halaman 114 – 115.
[9] Hufscmid, Maynard. Et. Al. Environment Natural Systems and Development : An Economic Valuation Guide. John Hopkins University Press. 1983. Halaman 52 – 53.
[10] Ibid. 286 – 319.
[11] Ibid. 286 – 295

Tidak ada komentar:

Model Pengembangan Rantai Pasok Rumput Laut oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Guna Pemenuhan Kebutuhan Rumput Laut Dan Produk Turunannya

Denny Noviansyah Abstrak Indonesia sebagai negara Maritim mempunyai Panjang pantai seluas 95.181 km 2 . Pesisir pantai mempunyai berbagai je...